Sabtu, 01 Januari 2011

Amanda, Gadis Pemberani

Bagian 1 (Suasana Desa)

Di sebuah desa yang sangat asri, yang jauh dari hiruk pikuk dan deruan mesin, tinggalah seorang gadis kecil dan seorang nenek yang sudah tua. Desa yang masih dikelilingi hutan lebat dan masih sangat alami. Anak kecil ini bernama Amanda, seorang gadis periang, pintar, rajin, baik hati dan pemberani. Dia selalu membantu neneknya bekerja dan dia sangat menyayangi neneknya. Karena nenek yang telah lanjut usia inilah yang dimilikinya. Sejak berumur 2 tahun, dia telah tinggal dengan neneknya.
Pada suatu hari, ketika dia pulang dari kebunnya, dia berlari-lari memanggil-manggil neneknya.
“Nek! Nenek! Nenek dimana?”
“Iya, nak. Ada apa? Kenapa kamu seperti dikejar-kejar setan?”
“Nek. Tadi Manda lihat monyet yang sangat besar.” (Matanya berbinar-binar)
“Dimana nak?” (nenek menatap cucunya dengan perasaan yang bingung).
“Di kebun belakang rumah kita.”
“Terus, apa yang terjadi? Dan kamu harus ingat nak, jangan main sampai melewati batas pagar ya. Bahaya, nanti kamu bisa tersesat. “ (Nenekya mulai kelihatan cemas).
“Iya, nek. Manda masih ingat pesan nenek, Manda hanya melihatnya dari balik pagar, monyet itu duduk diatas pohon besar ditepi hutan.”
“Lain kali Manda harus hati-hati, jangan bermain dikebun atau ditepi hutan sendirian.” (Nenek masih kelihatan cemas).
“Tapi….Manda kan sudah besar nek.”
“Iya, sayang. Nenek tahu Manda sudah besar dan mandiri. Tapi, Manda harus tetap berhati-hati.” (Nenek berusaha untuk bersikap bijaksana).
“Iya, nek. Manda akan berusaha untuk selalu berhati-hati dan ingat pesan nenek.”( Amanda berusaha meyakinkan neneknya).
‘Baiklah, nenek percaya sama kamu, nak.” (Nenek memeluk dan mencium Amanda dengan penuh kasih saying).
Di pagi yang cerah, udara segar dan sejuk serta pepohonan yang rindang dan kembang bertebaran ditaman setiap rumah penduduk, sehingga menambah keindahan dan kharismatik pedesaan. Kicauan burung dipagi hari, begitu akrab terdengar disekitar pedesaan. Seperti biasa, Amanda bangun pagi-pagi sekali, karena dia tidak mau melewatkan keindahan dan segarnya udara di pagi hari. Dia anak yang rajin dan taat beribadah. Dia selalu membantu neneknya didapur dan membersihkan rumah.
“Nek, kalau pekerjaan sudah beres, Manda mau duduk di taman, sekalian membersihkan taman dan menyiram bunga dan tanaman lainnya.” (Manda begitu tak sabar ingin melihat suasana taman depan rumahnya).
“Iya sayang, tapi jangan main jauh-jauh ya…?” (Nenek menatap Amanda dengan penuh kasih saying dan tersenyum).
“Iya nek, makasih ya nek..” (Amanda sangat girang sekali).
Ketika ditaman, Manda membersihkan taman, kemudian merapikan tanaman dengan gunting, serta membuang bagian tanaman yang sudah mati atau layu. Tiba-tiba ia melihat banyak kupu-kupu yang berkunjung ke taman bunganya. Dia pun menghentikan pekerjaannya dan duduk terpana menatap kupu-kupu yang berwarna-warni sedang menari-nari diatas bunganya.
“Subhanallah, indah sekali.” (Ia bergumam sendiri karena terpesona pada keindahan kupu-kupu tersebut).
Dia mulai membayangkan seolah-olah dia berada ditaman istana yang penuh dengan bunga-bunga yang indah. Selain itu, dia membayangkan jika ia adalah seorang putri yang cantik, anak dari seorang raja dan ratu yang memerintah dinegeri itu. Dalam lamunanya, ia melihat begitu banyak kupu-kupu yang mengelilinginya sambil menari-nari, dan anehnya kupu-kupu tersebut bisa mngerti dan berbicara bahasa manusia. Dia pun bercakap-cakap dengan kupu-kupu tersebut, yang selalu datang untuk bermain dengannya. Lamunannya buyar, ketika dia terkejut mendengar suara neneknya yang sedang memanggilnya.
“Manda sayang, hari sudah mulai siang, ayo kita sarapan dulu, nanti kita pergi mencari kayu bakar.”
“Iya, nek.” (Dia langsung masuk, dan mencuci tangannya untuk sarapan bersama neneknya).
Hari ini dia tidak kesekolah karena telah libur, dia baru saja selesai menerima raport dengan nilai yang sangat memuaskan dan dia menjadi juara umum di sekolahnya. Manda juga adalah seorang anak yang patuh dengan orang tua. Walaupun usianya baru 10 tahun, tapi dia bukan anak yang manja. Selain itu, dia juga rajin membantu neneknya bekerja dan tidak pernah menyusahkan neneknya. Dia membiayai sekolahnya sendiri dengan uang beasiswa yang selalu diterimanya. Penghasilan neneknya hanya untuk makan sehari-hari, karena itu dia selalu membantu neneknya bekerja untuk mendapatkan uang sebagai tambahan untuk biaya kebutuhan sehari-harinya.
“Nek, kalau monyetnya masih ada disana bagaimana?” (Tiba-tiba Manda kelihatan cemas)
“Jangan takut nak, mudah-mudahan monyetnya tidak mengganggu kita, karena kita kan tidak mengganggunya.” (Nenek berusaha menenangkan Amanda).
Manda terdiam. Dia sebenarnya tidak takut, tapi dia hanya mengkhawatirkan neneknya. Dia sangat menyayangi neneknya. Karena itu, dia tidak mau terjadi sesuatu pada neneknya. Setelah siap mereka pergi kehutan untuk mencari kayu bakar. Mereka berusaha mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya. Tak terasa keringat bercucuran membasahi pakaian mereka. Manda merasa tidak tega melihat neneknya yang sangat keletihan.
“Nek, istirahat dulu ya? Nenek kelihatan sangat capek sekali.”
“Tidak apa-apa nak, nenek masih kuat.” (Neneknya tetap ingin mengumpulkan kayu bakar.
Setelah banyak mereka segera pulang dan langsung menjual kayu bakarnya.
“Alhamdulillah ya nak, kita dapat rejeki banyak dari Allah hari ini.” (Neneknya kelihatan sangat senang).
“Iya, Alhamdulillah nek, jadi sisanya bisa disimpan.”
Dalam perjalanan pulang mereka bertemu dengan pengemis yang kelihatan kelaparan. Dan Manda memberikan uang untuk pengemis tersebut membeli makanan, padahal mereka sendiri belum makan. Dari kecil neneknya telah mengajarkannya untuk berbagi dengan orang lain, walaupun dalam keadaan serba kekurangan. Karena kata neneknya, tidak ada orang yang sedekah jadi kelaparan. Akhirnya tidak terasa mereka sampai dirumahnya dan beristirahat.






Bagian 2 ( Bermain ke Kebun)

Keesokan harinya, tiba-tiba ada sepupu Amanda yang datang kerumahnya terburu-buru. Nama anak laki-laki tersebut adalah Dion. Dia anak yang baik dan pintar. Usianya tidak jauh berbeda dari Amanda, ia hanya 2 tahun lebih tua dari Amanda.
“Dik, kita main ke kebun yuk.” (Dion kelihatan semangat sekali)
“Tapi aku harus ijin dulu sama nenek, kak.”
“Iya, tentu saja harus ijin. Nenek ada dimana?”
“Sebentar ya, nenek ada dibelakang, aku mau temui nenek dulu.”
“Aku ikut!” (Dion mengikuti Amanda menemui nenek).
Merekapun segera menemui nenek dan mengutarakan keinginannya, ketika telah berada dihadapan neneknya.
“Nek, ada kak Dion, dia mau ngajak Manda main ke kebun, boleh nggak nek?” (Amanda memelas).
“Boleh, tapi jangan main jauh-jauh, apalagi sampai lewat pagar pembatas. Dan kamu nak Dion, jaga adikmu baik-baik ya?”
“Baik nek”, jawab Dion dengan hati yang senang sekali.
“Makasih ya nek, karna udah ngijinin Manda main sama kak Dion dan teman-teman.” (Amanda kelihatan senang sekali).
“Iya, sama-sama nak, jangan lupa siapkan bekal ya.” (Nenekpun tersenyum pada mereka berdua, sambil mengelus-elus kepala cucunya dengan penuh kasih saying).
“Baik nek”, jawab Amanda dan Dion.
Mereka bersiap-siap untuk ke kebun dan membawa segala perlengkapan, makanan dan minuman, selayaknya siswa yang akan mengadakan piknik perkemahan. Setelah semuanya siap, mereka mencium tangan neneknya dan segera menemui teman-temannya yang lain, yang telah siap menunggu dirumahnya. Karena rumah mereka berdekatan, jadi tidak sulit dan lama untuk memanggil teman-temannya.
“Kak, kira-kira kita mau main apa dikebun?”
“Kita akan mencari dan mengamati binatang disekitar kita, dari yang kecil sampai yang lebih besar. Ayo, kita harus segera menemui teman-teman kita. Marisa, Adrian dan Ariska pasti telah siap dengan perbekalan mereka dan telah menunggu kedatangan kita.”
Dion dan Amanda segera menemui teman-temannya dengan berlari-lari kecil. Ketika mereka sampai dirumah teman-temannya, ternyata mereka menyambutnya dengan girang sekali dan merekapun segera menuju ke kebun Amanda. Dalam perjalanan mereka asyik becakap-cakap.
“Icha, kamu suka binatang apa?” Tanya Amanda.
“Aku menyukai semua binatang, tapi yang nggak berbisa atau yang nggak bahaya. Apalagi kalau ada binatang yang unik, aku senang banget.” Jawab Marisa.
“Kalau kamu, Ris?” Tanya Amanda.
“Kalau aku suka binatang, seperti: kupu-kupu, serangga yang kecil-kecil, kelinci, kucing, dan kancil. Kamu sendiri suka apa?” Ariska bertanya kembali pada Amanda.
“Kalau aku sama dengan Marisa.” Jawab Amanda singkat.
“Wah..asyik benar ngobrolnya, sampai-sampai kami berdua dicuekin.” Kata Dion, sambil tersenyum simpul.
“Iya nih, masa kita dicuekin.” Adrian ikut menimpali.
“Hehehehe…maaf kak Dion dan kak Andri, kami nggak bermaksud cuek, tapi belum sempat nanya.” Amanda membela diri dan tersenyum.
“Iya..iya, kakak Cuma bercanda.” Jawab Dion sambil tersenyum.
“Eh..ternyata kita sudah hampir sampai ke kebunnya Amanda, tidak terasa ya?” Kata Adrian dengan girang sekali.
Mereka kelihatan senang sekali karena telah sampai ke kebun. Merekapun mulai menyebar untuk memperhatikan dan mencari binatang-bunatang yang unik dan menarik untuk diamati dan diteliti. Mereka memang anak cerdas yang aktif dan selalu ingin menemukan sesuatu yang baru. Petualangan mereka pun dimulai, dengan wajah berseri-seri dan canda tawa. Mereka mencari kesetiap tanaman atau bunga dengan hati-hati. Masing-masing dari mereka telah mendapatkan binatang-binatang yang menarik bagi mereka. Kemudian setelah semua mendapatkan binatang, mereka mulai mengamati binatangnya masing-masing dan setelah itu mereka berkumpul untuk berdiskusi tentang binatang-binatang yang mereka amati tersebut. Mereka memang anak-anak yang kreatif seperti layaknya para ilmuan cilik.






Bagian ke-3 (Tersesat di Hutan)

Kebun tempat mereka bermain ada didekat hutan lebat. Ketika mereka sedang asyik bermain, tanpa disadari, mereka telah mendekati pagar pembatas antara desa dengan hutan lebat tersebut. Tiba-tiba mereka terdiam karena melihat seekor binatang aneh ditepi hutan, yang sebelumnya tidak pernah mereka mlihatnya. Binatang tersebut mirip tupai, tapi dia punya sayap yg bisa terbang layaknya kelelawar, dan binatang tersebut suka makan buah. Dia terbang dan hinggap dari satu pohon ke pohon lainnya, inilah yang membuat mereka terdiam dan penasaran sekali dengan binatang tersebut.
“Lihat! Itu binatang apa? Lucu sekali.” Teriak Amanda.
“Iya, kamu benar, lucu dan unik.” Kata Marisa
“Ayo kak Dion dan kak Adrian, kita lihat lebih dekat lagi. Riska dan Icha, kalian ikut juga, mari sini.” Ajak Amanda pada teman-temannya.
Tanpa mereka sadari, mereka telah melanggar pesan nenek. Mereka melewati pagar pembatas antara desa dan wilayah hutan lebat. Ternyata binatang aneh tersebut mengajak mereka bermain Karena sangat penasaran dengan keunikan binatang tersebut, mereka mengikuti dan berusaha untuk mendekati binatang tersebut. Binatang tersebut terus lari menjauh, karena begitu cepat terbangnya, mereka kehilangan jejaknya. Setelah tidak kelihatan dari pandangan mereka, barulah mereka sadar dan tersentak kaget, kalau mereka ternyata telah masuk jauh ke dalam hutan.
“Teman-teman, lihat! Kita telah melanggar pesan nenek, kita telah masuk jauh kedalam hutan.” Kata Dion pada teman-temannya. (Wajah mereka kelihatan sangat cemas).
“Sekarang kita harus bagaimana kak?” Kata Amanda seperti kebingungan.
Sementara Ariska dan Marisa menangis ketakutan dan Amanda mencoba untuk menenangkan.
“Ris, Icha, jangan nagis ya. Ayolah, kita harus tenang, supaya kita bisa berpikir jernih dan berdoa pada Allah, supaya kita dimudahkan untuk mencari jalan keluar dari sini.” Amanda mencoba untuk menenangkan, walaupun sebenarnya hatinya juga sangat cemas dan khawatir, tapi dia tetap berusaha kelihatan tenang untuk menguatkan teman-temannya.
“An, kita harus cari buah-buahan untuk persediaan makanan, karna makanan kita tinggal sedikit. Selain itu kita mencari tempat aman dan pohon yg cocok untuk dibuat pondok diatasnya, karna sekarang sudah hampir sore.” Dion mengingatkan Adrian agar tidak larut dalam kecemasan.
“Iya, ayo kita harus segera mendapatkannya.” Jawab Adrian.
“Ingat! Kita tidak boleh memisahkan diri, harus tetap bersama, kalian juga harus ikut mencari buah-buahan.” Kata Dion, sambil menoleh pada ketiga anak perempuan tersebut.
Mereka segera mencari buah-buahan yang bisa dimakan dan mencari kayu untuk membuat pondok diatas pohon. Ini dilakukan untuk menghindari bahaya binatang buas. Karena mereka adalah anak pramuka, sehingga tidak sulit bagi mereka mencari kayu untuk membuat pondok diatas pohon. Setelah mereka mendapatkan buah dan kayu yang mereka butuhkan, mereka segera mencari pohon yang cocok untuk membangun sebuah pondok diatasnya. Kemudian mereka mulai mengerjakannya dan setelah pondok selesai dibuat, mereka beristirahat, karena hari sudah mulai gelap. Ariska dan Marisa masih terlihat sedih, karena menyesal telah mengejar binatang aneh tersebut. Sementara Amanda mencoba untuk menenangkan dan menghibur teman-temannya.
“Jangan sedih, kita harus berdo’a pada Allah, supaya kita selalu dijaga, dilindungi, dan dimudahkan untuk mencari jalan keluarnya besok. Sekarang kalian harus istrahat, supaya besok bisa bangun awal dan segar, jadi bisa berpikir dengan baik.” Kata Amanda pada kedua temannya yang masih sedih tersebut.
“Tapi Manda, aku takut kalau kita tidak bisa menemukan jalan pulang. Kamu tau sendiri kan, kalau disini sangat banyak binatang buas dan beracun.” Jawab Ariska dengan wajah sendu.
“Iya, benar apa kata Riska. Apa kamu nggak takut Manda?” Kata Marisa dengan tersedu-sedu.
“Kita nggak boleh nyerah, tapi kita harus kuat dan terus berdo’a, juga nggak boleh sampai putus asa. Anggap saja kita sedang berpetualang dihutan.” Kata Amanda pada teman-temannya, karena dia tetap ingin meyakinkan dan memberi semangat pada teman-temannya.
Malam semakin larut, merekapun beristirahat dan terlelap tidur. Ketika temannya tertidur, Amanda teringat kalau dia ada membawa garam dapur didalam tasnya. Kemudian segera dia mengambilnya dan menaburkan garam tersebut di sekeliling mereka. Karena garam bisa menghalangi binatang yang berbisa memasuki pondok mereka. Dia tahu semua ini dari neneknya. Akhirnya dia ikut terlelap bersama teman-temannya sampai waktu subuh tiba.
Bagian ke-4 (Petualangan di Hutan)

Pada saat mereka sedang terlelap tidur, ternyata binatang yang mereka kejar-kejar ada dipohon tersebut dan masuk kedalam pondok mereka. Tanpa mereka sadari, binatang aneh itu juga tidur disamping Amanda. Ketika dia terbangun, dia sangat tekejut karena melihat binatang tersebut disampingnya. Kemudian dia membangunkan Dion perlahan-lahan, karena dia tidak ingin teman-temannya yang lain mengejutkan binatang tersebut.
“Kak Dion, bangun!” Amanda berbisik dengan Dion
“Ada apa dik?” Tanya Dion.
“Lihat itu! Binatang yang kita kejar waktu itu.” (Dion menoleh kearah binatang tersebut).
“Aku akan menangkap binatang itu.” Dion menambahkan.
“Tapi jangan disakiti, kak. Kasihan dia, mungkin ia bisa jadi teman kita.” Kata Amanda pada Dion.
“Iya, tentu saja”, jawab Dion.
Perlahan-lahan Dion berjalan menuju binatang tersebut, dan menangkapnya. Binatang tersebut terkejut, tapi tidak bisa melepaskan diri. Teman-temannya yang masih tidur, terbangun karena terkejut mendengar suara binatang tersebut.
“Kak, biar aku yang pegang”, kata Amanda pada Dion dan langsung mengambil binatang aneh tersebut dari tangan kakaknya.
“Jangan takut, kami nggak bermaksud jahat sama kamu, kami Cuma ingin bersahabat denganmu.” (Amanda mengelus-elus binatang tersebut dengan penuh kasih sayang).
Amanda mengajak binatang itu berbicara dan dia berharap binatang tersebut bisa merasakan kasih sayangnya dan mengerti jika mereka ingin bersahabat dengannya. Ternyata binatang aneh itu diam dan seolah-olah mengerti apa yang diinginkan Amanda dan teman-temannya. Akhirnya ia menjadi teman mereka dan Amanda memberinya nama ‘browny’. Amanda memberinya buah-buahan dan ia sangat senang sekali.
“Teman-teman kita harus bersiap-siap untuk berpetualang hari ini, dan sebelumnya kita harus memutuskan kearah mana yang akan kita tuju”, kata Dion pada teman-temannya. (Teman-temannya terdiam, dan suasana menjadi hening). Tiba- tiba Amanda teringat akan pesan neneknya.
“Kak, aku punya ide”, kata Amanda, memecahkan suasana yang hening.
“Apa, dik?” Tanya Dion pada Amanda.
“Aku ingat dengan pesan nenek, kalau seandainya kita tiba-tiba tersesat di hutan, kita harus menuju kearah matahari terbit, artinya kita kearah timur, karena itu menuju ke desa kita”, jawab Amanda dengan mata yang berbinar-binar.
“Yang benar, dik?” (Dion kelihatan senang sekali dan begitu juga dengan yang lainnya).
“Iya kak”, jawab Amanda sambil menganggukkan kepala.
“Kalau begitu, mari kita bersiap-siap dan ingat kita harus berjalan menuju arah matahari terbit.”
Merekapun menyiapkan segalanya, mereka juga tidak lupa untuk menyiapkan senjata, jikalau nanti dalam perjalanan menemukan kesulitan atau ada binatang buas. Binatang tersebut juga ikut bersama mereka. Sebelum turun dari pohon atau tempat pondok mereka didirikan, mereka melihat arah matahari terbit terlebih dahulu. Kemudian mereka turun dari pohon satu persatu dan petualangan pun dimulai.
“An, kamu berjalan paling depan, biar aku yang dibelakang”, kata Dion pada Adrian.
“Kak, biar aku yang didepan dan kak Aan dibelakang Riska aja”, kata Amanda menawarkan diri.
“Jangan dik, kamu didepan kakak aja atau dibelakang Riska, biar kak Aan yang didepan”, kata Dion pada Amanda.
“Baiklah.” (Amanda mengikuti kata-kata Dion, meskipun dengan wajah yang sangat kecewa).
Binatang it terus melompat mengikuti mereka dan kadang-kadang dia naik kepundak Amanda. Dalam perjalanan, mereka mendengar kicauan merdu burung-burung dengan suara yang beraneka ragam. Selain itu, mereka banyak menemui binatang-binatang yang menarik dan unik. Amanda sangat ingin mengamati binatang-binatang tersebut lebih lama, tapi ini bukan perjalanan wisata dan mereka juga sedang buru-buru, karena harus menemukan jalan keluar dari hutan tersebut. Mereka selalu waspada dan bersiap-siap untuk memanjat, jikalau ada binatang buas atau berbahaya. Setelah satu jam perjalanan, mereka berhenti karena kelelahan. Ketika mereka sedang beristirahat, tiba-tiba kaki Marisa digigit kalajengking, dan dia menangis kesakitan, yang lain panik. Amanda segera melakukan tindakan dengan menangkap kalajengking tersebut dan mengambil otak kalajengking itu, lalu dengan sigap, mengikat bagian kaki Marisa yang digigit kalajengking tersebut. Hal itu dilakukan Marisa untuk menghambat racunnya naik keatas melalui aliran darahnya. Kemudian otak kalajengking tersebut dioleskan pada bagian kaki yang digigit. Yang lain melihatnya dengan wajah yang terheran-heran.
“Darimana kamu belajar cara menanganinya?” Tanya Dion pada Amanda.
“Aku pernah lihat tetangga yang digigit kalajengking, dan penanganannya dengan cara seperti ini. Kita jangan membiarkan kalajengking itu lari, apalagi sampai minum air, karena kalau setelah menggigit dan binatang itu minum air, maka racunnya akan lebih berbisa. Itu petuah orang tua, makanya tadi aku langsung membunuh dan mengambil otak kalajengking tersebut”, Amanda menjelaskan pada teman-temannya.
“Apa itu akan berhasil Manda?” Tanya Adrian pada Amanda, masih dengan wajah yang keheranan.
“Kita berdo’a saja kak, semoga berhasil”, jawab Amanda.
Marisa masih menangis kesakitan, sedang Ariska masih terlihat tegang dan panic.
“Kita istirahat dulu 30 menit lagi, mudah-mudahan kaki Icha bisa lebih baik”, kata Amanda pada teman-temannya.
“Ya, benar apa yang dikatakan Manda”, kata Dion.
Mereka beristirahat selama 30 menit. Setelah 30 menit berlalu dan ternyata keadaan Marisa sudah membaik, dia tidak kesakitan lagi dan sudah bisa bejalan, merekapun melanjutkan perjalanan. Banyak hal yang mereka temui dalam perjalanan tersebut.
“Manda, aku haus. Kamu masih punya persediaan air nggak?” Tanya Ariska pada Amanda.
“Maaf Ris, punyaku sudah habis juga. Sepertinya kita harus cari sumber air, karna perjalanan kita masih jauh.”
“Ya, dik Manda benar. Kita harus cari air. Ris, ini airku masih ada, kamu minum aja”, kata Dion menawarkan airnya pada Ariska.
“Makasih ya kak.”
“Ya, sama-sama.”
“Dimana kita harus cari air kak?” Tanya Amanda pada Dion.
“Aku juga belum tau dik, tapi kita bisa coba cari sumber air dari celah-celah batu besar jika ada”, jawab Dion yang masih kebingungan.
Mereka sudah kelelahan dan kehausan, tapi belum menemukan sumber air. Diam-diam Amanda berdo’a, agar ditunjukkan jalan menuju sumber air. Tidak berapa lama kemudian, mereka menemukan sebuah goa.
“Kak, lihat itu! Ada goa, mungkin disana ada sumber airnya.” (Amanda menunjuk kearah goa tersebut).
“Ya, mudah-mudahan. Mari kita kesana”, ajak Dion pada teman-temannya.
“Hati-hati, aku takut kalau ada naga atau ular yang besar disana.” (Adrian seperti enggan kesana).
“Tapi kak, kita kan harus segera menemukan sumber air, kita berdo’a saja, moga nggak apa-apa”, kata Amanda mencoba untuk meyakinkan Adrian.
“Iya, dik Manda benar An, kita harus kesana”, kata Dion pada Adrian.
Sedangkan Ariska dan Marisa terlihat sangat khawatir dan takut sekali. Mereka mendekati goa tersebut. Ketika sampai di goa, mereka tidak bisa melihat apa-apa karena gelap, lalu mereka menyalakan senter yang mereka bawa. Ternyata disana ada beberapa ular, tapi mereka berhasil menyingkirkannya dan mereka melihat ada sumber air yang mengalir dari celah bebatuan didalam goa tersebut. Mereka mengisi semua botol-botol persediaan minum mereka dengan air tersebut. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan lagi. Tiba-tiba mereka mendengar suara aneh, mereka khawatir kalau itu adalah suara binatang buas. Dion memberi komando pada teman-temannya untuk segera naik ke pohon. Ternyata benar, tidak berapa lama kemudian, ada dua ekor beruang yang besar keluar dari semak-semak. Ariska dan Marisa kelihatan pucat sekali, sementara Amanda kelihatan tenang dan dia berusaha menenangkan mereka.
“Jangan ada yang bersuara”, kata Dion dengan suara yang pelan.
Mereka semuanya diam, sampai beruang tersebut menjauh. Setelah jauh, mereka turun dari atas pohon dan melanjutkan perjalanan. Mereka mengambil buah-buahan yang ada dihutan yang mereka temui dalam perjalanan dan binatang aneh tersebut yang membantu mereka mengambil buah-buahan tersebut. Tiba-tiba dalam perjalanan, kaki Amanda tertusuk duri yang cukup dalam. Darah segar mengalir dari kakinya.
“Aduh! Kakiku berdarah.” (Amanda meringis kesakitan).
“Cari batang talas An, cepat!” kata Dion pada Adrian.
Adrian segera mencari talas dan segera memberikannya pada Dion.
“Itu untuk apa kak?” Tanya Amanda pada Dion.
“Ini gunanya supaya darah tidak mengalir lagi, obat alami pengganti bethadine”, jawab Dion.
Amanda baru tahu kalau batang talas atau getahnya bisa menghambat keluarnya darah atau sebagai pengganti bethadine. Ternyata benar, darahnya tidak lama kemudian berhenti mengalir. Dion membersihkan lukanya dan kemudian membalut kakinya setelah darahnya berhenti mengalir. Mereka segera melanjutkan perjalanan lagi. Hari mulai siang, merekapun istirahat dan makan buah-buahan.
“Kita beristirahat diatas pohon saja, untuk menghindari binatang buas”, kata Dion pada teman-temannya.
Mereka segera memanjat pohon dan beristirahat disana. Ketika mereka sedang istirahat, tiba-tiba Amanda melihat seekor burung yang sayapnya terluka, sehingga tidak bisa terbang. Ia segera turun dan mendekatinya.
“Kasihan sekali burung ini, aku harus mengobatinya.” (Gumamnya dalam hati).
Diapun mengambil burung tersebut dengan sangat hati-hati, lalu dia mencari daun-daunan yang bisa diramu menjadi obat, untuk mengobati sayap burung yang terluka tersebut. Karena penasaran ingin melihat apa yang dilakukan Amanda, Marisa turun dari atas pohon dan mendekati Amanda.
“Kamu sedang apa Manda?” Tanya Marisa.
“Aku mau mengobati sayap burung ini”, jawab Amanda.
“Kasihan sekali burung ini”, kata Marisa.
“Ya,mudah-mudahan ramuan ini bisa menyembuhkan sayapnya, hingga ia bisa terbang dengan baik lagi”, kata Amanda.
“Ya, semoga saja”, kata Marisa.
Sedangkan yang lainnya masih beristirahat diatas pohon.
“Ayo Manda, kita harus segera naik keatas pohon”, ajak Marisa.
“Iya, kamu duluan saja, aku sebentar lagi selesai dan segera nyusul”, jawab Amanda.
“Baiklah, hati-hati ya”, kata Marisa.
“Iya, makasih ya.” (Amanda masih asyik mengobati burung tersebut).
“Ya, sama-sama”, kata Marisa, sambil berlalu meninggalkan Amanda sendirian.
Marisa telah naik keatas pohon, sedangkan Amanda masih mengobati burung tersebut. Tiba-tiba tanpa disadari, ada yang mengintipnya dari balik semak-semak, karena dia sedang asyik mengobati burung malang itu, dia tidak sadar kalau bahaya sedang mengancamnya. Secara tiba-tiba, orang aneh yang bertopeng tersebut menyumpitnya. Sementara teman-temannya yang diatas pohon, tidak bisa berbuat apa-apa, hanya memperhatikan dengan cemas dari atas pohon. Amanda pingsan, dan dia dibawa oleh manusia hutan/ mahluk aneh tersebut. Teman-temannya turun dan mengikutinya dari belakang. Akhirnya sampailah mereka ke perkampungan yang misterius, itu seperti wilayah orang primitive yang sangat aneh. Sementara burung yang ditolongnya telah sembuh dan bisa terbang dengan baik. Ternyata burung itu bisa merasakan kasih sayang Amanda dan ia merasa berhutang budi padanya. Amanda telah diikat didalam rumah khas mereka yang atapnya terbuat dari jerami. Teman-temannya hanya berani melihatnya dari kejauhan.
“Aku khawatir, kalau Manda akan dijadikan tumbal untuk suatu upacara.” (Tiba-tiba suara Dion memecah suasana yang hening).
“Atau bisa juga Manda akan dijadikannya sebagai santapan makan malamnya, ikh…serem”, kata Adrian.
“Kak, kita harus mencari cara buat nyelamatin Manda, sebelum hal-hal buruk terjadi padanya”, kata Marisa.
“Bulu kudukku jadi merinding”, kata Ariska pada teman-temannya.
“Iya, tentu saja Cha, tapi bagaimana caranya, aku masih bingung”, jawab Dion.
Mereka terdiam karena sedang mencari cara untuk menyelamatkan Amanda dari cengkraman mahluk aneh tersebut.
“Ok, aku punya ide. Kalian tunggu disini, biar aku yang masuk kedalam. Nanti aku usahakan untuk kembali kesini secepatnya dan kalian harus hati-hati, jgn melakukan gerakan yang mencurigakan”, kata Dion pada teman-temannya.
“Hati-hati kak”, kata Marisa dengan wajah yang cemas.
“Kami akan berdo’a buatmu”, kata Ariska.
“Iya, makasih atas doanya.” (Dion kelihatan semangat sekali).
Dion mengendap-endap dan mencuri topeng dan pakaian orang aneh tersebut terlebih dahulu, kemudian dia mengganti kostumnya. Ini akan memudahkan ia masuk ke wilayah mereka. Sedangkan didalam sana, Manda berusaha melepaskan diri, tapi tidak berhasil. Oleh karena kebaikannya dan kasih sayangnya pada binatang, dia telah ditolong binatang juga. Pada saat itu orang primitive tersebut sedang berkumpul atau mengadakan pertemuan penting untuk mengadakan upacara persembahan. Mereka sedang membicarakan persiapan dan perlengkapan untuk mengadakan upacara persembahan besok dan ternyata benar apa yang dikatakn Dion, Manda sebagai tumbalnya. Sehingga yang berkeliaran atau penjaganya hanya 2 atau 3 orang saja yang terlihat, dan ini memudahkan Dion untuk masuk dan menuju tempat dimana Amanda sedang disandra. Tiba-tiba burung yang ditolongnya datang kerumah tersebut untuk membuka ikatan tali yang mengikat Amanda. Sedangkan binatang yang membuat mereka tersesat yang bernama “browny” tersebut datang untuk mengecohkan penjaganya, sehingga Dion bisa masuk dengan leluasa tanpa halangan kedalam rumah tersebut.
Akhirnya burung tersebut berhasil melepaskan ikatan tali tersebut dan Dion juga telah berada disana untuk mengajak Manda segera keluar dari tempat tersebut. Burung itu ikut bersama mereka berdua.
“Ayo Dik, kita harus keluar dari sini secepatnya”, kata Dion pada Amanda.
“Iya, kak. Makasih ya burung atas bantuannya. Mari ikut kami. Kak, burung itu yang telah melepaskan ikatan saya”, kata Amanda.
“Itu burung yang telah kamu tolong ya? Ayo kita harus cepat keluar dari sini, karena Browny sedang mengecoh penjaganya”, kata Dion berusaha untuk menjelaskannya.
“Baik kak”, jawab Amanda.
Mereka pergi meninggalkan tempat tersebut dan menuju ke tempat teman-temannya yang sedang menunggu mereka. Akhirnya Dion dan Amanda selamat sampai ketempat teman-temannya bersembunyi. Browny terus mengecohkan penjaganya, sampai mereka lari jauh dari tempat orang primitive tersebut.
“Syukurlah kalian selamat”, kata Ariska dan Marisa dengan wajah yang berseri-seri.
“Kita harus segera menjauh dari sini, dan ingat pesan nenek, kalau kita harus berlari kearah timur.”, kata Dion.
“hei, lihat burung itu! Kak, dia terbang menuju kearah Timur. Sepertinya dia akan menunjukkan jalan pulang. Ayo teman-teman, kita ikuti burung tersebut. Tapi kak, bagaimana dengan Browny!” (Amanda teringat dengan binatang yang sedang mengecohkan penjaga tersebut).
“Ayo, kita ikuti. Nggak apa-apa Dik, nanti dia akan nyusul kita. Kita harus cepat sebelum orang primitive itu mengejar kita”, kata Dion pada Amanda.
Mereka berlari sekencangnya mengikuti arah terbang burung tersebut. Rasa letih, lelah tidak terasa lagi, karena mereka harus lari menjauh dari tempat tersebut, supaya orang primitive tersebut tidak bisa mengejar mereka lagi. Setelah mereka merasa telah sangat jauh dan aman, mereka memperlambat lari mereka dan istirahat sejenak, karena mereka lihat, burung tersebut juga berhenti untuk beristirahat. Mereka pikir pasti burung itu sedang memberitahukan kalau kondisi disekitar telah aman. Ternyata mereka berhenti didekat pohon kelapa yang ada di hutan, burung tersebut mematuk-matuk buah tersebut supaya jatuh, dan beberapa buah kelapa telah berjatuhan.
“Subhanallah, lihat teman-teman, apa yang telah dilakukan burung tersebut, dia baik sekali.” ( Amanda menunjuk kearah burung tersebut sambil tersenyum).
Mereka terkesan pada burung tersebut dan berterima kasih kepadanya. Merekapun minum dan makan buah kelapa tersebut sepuasnya. Kemudian setelah haus dan letihnya telah hilang, mereka melanjutkan perjalanan lagi dan ternyata Browny telah ada bersama mereka dengan selamat. Mereka senang sekali dan tambah bersemangat lari, karena sudah lengkap teman-teman mereka. Tidak terasa mereka telah mendekati tepi hutan dan pagar pembatas antara hutan dan desa.
“Lihat kak, disana terang. Sepertinya kita hampir tiba”, kata Marisa.
“Iya, benar. Kita telah sampai ke pagar pembatas”, kata Dion senang.
“Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga.” (Amanda juga kelihatan sangat senang).
Masing-masing telah kembali kerumahnya. Sementara Dion menemani Amanda kerumahnya untuk menemui neneknya, karena dia merasa Amanda masih tanggung jawabnya. Binatang itu ikut bersama Amanda kerumahnya.
“Nek! Nenek! Nenek dimana? Kak, dirumah sepi, nggak ada orang. Pasti nenek sekarang sangat khawatir dan sedih sekali memikirkan aku”, kata Amanda dengan wajah yang sedih.
“Ayo kita kerumah kepala desa saja, mungkin nenek ada disana.” (Dion mencoba untuk menghibur Amanda).
Merekapun pergi ke rumah kepala desa. Ternyata benar, nenek dan orang-orang kampong ramai disana. Ternyata orang-orang kampong telah mencari mereka dari kemarin, tapi tidak berhasil, dan sekarang ini mereka sedang rapat untuk mencari mereka. Dan Amanda melihat nenek sedang menangis tersedu-sedu.
“Nenek! (Amanda segera memeluk neneknya). Nek, maafkan Manda ya.” (Amanda menangis dipelukan neneknya).
“Manda sayang! Kamu kemana aja nak, nenek sangat mengkhawatirkanmu.” (Nenek berbicara terbata-bata). Perasaan nenek bercampur jadi satu, bahagia, terharu dan kesal.
“Nak, lain kali jangan ulangi lagi ya. Nenek kan udah ngingetin jangan sampai melewati pagar pembatas, karma bisa bahaya”, kata nenek menasehati Amanda.
“Iya nek, nanti Manda cerita dirumah apa yang terjadi sebenarnya”, jawab Amanda dengan mata yang masih sembab.
“Syukurlah mereka semua selamat”, kata orang-orang desa dengan perasaan lega.
Dion juga minta maaf pada nenek, dan nenek memaafkannya. Dion kembali kerumahnya bersama orangtuanya yang juga sangat sedih, karena sebelumnya cemas kehilangan Dion. Mereka telah berkumpul kembali kerumahnya masing-masing bersama keluarganya dan menceritakan semuanya pada orangtuanya. Begitu juga dengan Amanda, dia menceritakan semuanya pada neneknya. Mulai dari alasan sampai melewati pagar, tersesat di hutan, petualangan di hutan, kejadian-kejadian yang menakutkan, sampai mereka kembali menemukan jalan pulang. Neneknya terkesima dan kagum mendengar cerita Amanda.
“Itu pelajaran yang sangat berharga, nak. Jika kita baik dengan mahluk Allah, menolongnya dengan ikhlas dan penuh kasih sayang, tentu begitu pula yang akan kita dapatkan, malah bisa berlipat-lipat kebaikan yang akan kita peroleh. Selain akan mendapat cintanya Allah, kita juga akan mendapatkan cintanya mahluk Allah. Pertolongan Allah datang melalui mahluk ciptaan-Nya”, kata nenek menasehati Amanda.
“Iya, nek. Nenek benar.” (Amanda ikut tersenyum).
“Sekarang dimana binatang-binatang itu?” Tanya nenek.
Amanda memanggil binatang kesayangannya, dan mereka pun mendekat.
“ini nek, teman baru Manda”, jawab Manda dengan wajah yang riang.
Nenek mengelus-elus binatang tersebut. Binatang tersebut tinggal ditaman Amanda, dan dia selalu merawat dan memberi makan binatang kesayangannya. Selain itu, dia juga menyediakan rumah kecil buat mereka. Mereka pun hidup bahagia selamanya.

“The End”